Hari kedua pelaksanaan Konferensi Ibu Profesional ditutup dengan sesi yang dibawakan oleh Bapak Dodik Mariyanto. Pak Dodik membawakan materi yang bertajuk “Perempuan Berdaya.” Materi yang cukup berat menurut saya, namun disampaikan di sesi terakhir. Mungkin biar semua peserta tetap terjaga ya, hahaha.
Dodik Mariyanto | @konferensiibuprofrsional |
Apa itu Perempuan Berdaya?
Materi di buka pak Dodik dengan melontarkan pertanyaan kepada para peserta. “Apa itu perempuan berdaya?” Beragam jawaban dari para peserta konferensi. Menurut peserta konferensi, perempuan berdaya adalah perempuan yang :
? Pintar
? Kreatif
? Tangguh
? Punya nilai diri
? Cekatan
? Sholeha
? Berkembang
? Berjuang
? Mandiri
? Pejuang
? Percaya diri
? Merdeka
? Produktif
? Punya kekuatan
Setelah mendengar jawaban para peserta, pak Dodik terkagum-kagum. Pak Dodik terkejut, ternyata banyak sekali indikator yang harus dimiliki oleh seorang perempuan berdaya. Lalu pak Dodik bertanya lagi, “sanggup melakukan semua ini?” Semua peserta konferensi terdiam.
Saya pun juga, list yang begitu panjang. Duh, mungkinkah saya punya semua indikator tersebut? Kalau tidak, berarti saya bukan perempuan yang berdaya dong?
Kemudian, pak dodik berkata lagi. “apakah harus semua indikator ini dimiliki oleh seorang perempuan agar bisa disebut perempuan berdaya?” Peserta konferensi diam, mungkin bingung menjawabnya. Atau mungkin itu hanya perasaan saya sih 🙂
Saya pun penasaran, sebenarnya apa sih sebenarnya definisi dari perempuan berdaya. Mungkin harus dimulai dari mencari definisi tentang apa itu berdaya? Dari KBBI saya menemukan arti kata berdaya, yaitu :
berdaya [ber·da·ya]
Kata Verbia (kata kerja)
Dari kata dasar: daya.
1) berkekuatan; berkemampuan; bertenaga;2) mempunyai akal (cara dan sebagainya) untuk mengatasi sesuatu dan sebagainya;
Berdasarkan definisi tersebut, bolehlah jika dikatakan bahwa perempuan berdaya adalah perempuan yang memiliki kemampuan untuk mengatasi sesuatu. Dengan kekuatan dan akalnya, perempuan berdaya akan mampu menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapinya.
Bagaimana Menjadi Perempuan Berdaya?
Menurut pak Dodik ada tiga hal yang harus dilakukan untuk menjadi perempuan berdaya.
1. Tahu Checlist
Permpuan berdaya akan bertindak sesuai checklist yang dimilikinya. Menetapkan skala prioritas. Mengerjakan hal yang penting terlebih dahulu.
2. Tetapkan Target
Tentukan indikator yang ingin dicapai untuk menjadi perempuan berdaya. Indikator perempuan berdaya yang dibuat diatas semuanua benar. Hanya pilih yang ingin dicapai. Tak perlu banyak-banyak, maksimal 3 indikator saja.
Hmm, kalau saya diminta memilih tiga indikator diatas, saya akan pilih : pintar, percaya diri dan produktif. Dengan kepintaran, perempuan akan mampu memilih jalan terbaik bagi hidupnya. Kepercayaan diri akan menuntunnya menjalani setiap keputusannya. Kemudian semua itu akan membuatnya produktif, berkarya sesuai pemikirannya sendiri.
3. Step by Step
Langkah terakhir yang harus dilakukan untuk menjadi perempuan berdaya adalah lakukan semuanya secara bertahap. Step by step, mulai dari langkah kecil. Selanjutnya akan menuntun ke arah yang besar. Menjadi perempuan berdaya.
Tantangan Perempuan Berdaya
Lalu bagaimana seorang perempuan menghadapi setiap tantangan yang ada dihadapnnya? Ada tujuh hal yang bisa dilakukan oleh perempuan berdaya untuk mengahadapi setiap tantangan yang dihadapinya.
1. Yakinlah bahwa kita tidak sendirian
Sebelum sesi pak Dodik, semua peserta konferensi diminta menyebutkan apa tantangan yamg dihadapi sebagai perempuan. Beberapa jawabannya adalah emosi, ekonomi, fitrah, manajemen waktu, komunikasi, keterbatasan fisik, eksistensi dan konsistensi.
Setelah menulis semua tantangan, semua peserta konferensi diminta berkumpul berkelompok sesuai tantangan yang paling sulit dihadapi. Saya pun memilih tantangan emosi. Ya, jujur saja saya masih jatuh bangun mengelola emosi.
Emosi | dokpri |
Dan ternyata, saya tidak sendirian! Ada sepuluh perempuan lainnya yang mengalami tantangan emosi ini. Ini adalah bukti, bila kita menghadapi tantangan yakinlah bahwa kita tidak sendirian.
2. Mencari Alternatif Solusi
Kedua, saat sudah tahu tantangan yang dihadapi segera cari tahu alternatif solusi. Saat semua peserta konferensi berkelompok sesuai tantangan yang dihadapi, kami juga harus menuliskan solusi apa yang bisa digunakan untuk mengatasi tantangan kami.
Beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah emosi ini adalah :
? berdzikir
? menajemen hati
? mengenal diri
? menurunkan standar
? memahami orang lain
? me time
? mengenali emosi
? komunikasi efektif
? kesadaran diri
? melatih diri
? muhasabah diri
? delegasi tugas
? baper produktif
? menerima emosi
? jangan jadi orantua robot
Wah amazing ya! Ternyata banyak alternatif solusi untuk tantangan emosi. Jujur, saya tak pernah membayangkan akan sebanyak itu caranya. Banyak cara akan semakin membuat kita mudah mengahadapi setiap tantangan ya ada.
3. Optimalkan Kemampuan
Yakinlah bahwa setiap tantangan yang ada, akan dilengkapi cara penyelesaiannya. Setiap orang akan diberi tantangan sesuai kemampuannya. Bila kita bisa mengoptimalkan kemampuan, pasti kita akan mudah menyelesaikan semua tantangan yang ada.
4. Semua Punya Pola
Setiap tantangan akan memiliki polanya tersendiri. Bila kita tahu polanya, akan mudah menghadapinya.
5. Catat Imajinasi
Terkadang imajinasi muncul tiba-tiba. Oleh karena itu catat semua imajinasi yang muncul. Siapa tahu kelak imajinasi itu yang membantu kita sanggup mengahadapi tantangan yang datang.
6. Paksa Diri
Dalam mengahadapi setiap tantangan yang ada, paksa diri untuk mengoptimalkan potensi. Kerahkan semua potensi diri yang ada.
7. Temukan Pola
Terakhir, temukan sendiri pola kita. Bagaimana kita mampu mengahadapi semua tantangan. Meskipun semua orang punya pola khusus (unik), tetapi ada pola umum. Cari persamaannya.
Mulailah semu dari hal yang disukai. Nantinya itu akan membuat kita mencapai hasil yang diinginkan. Bila kita sudah paham pola kita, itulah saat dimana kita menjadi perempuan berdaya.
Semangat menjadi perempuan berdaya ^_^
*Sebuah catatan refleksi diri saat mengikuti Konferensi Ibu Profesional 2019*
0 Responses
:')
Keren ih mbaaaa
Noted, Mba Dian. Thank you for sharing