Anak kecanduan gawai menjadi salah satu tantangan pengasuhan saat ini. Gawai tidak bisa dipisahkan dari anak-anak saat ini. Namun, kita bisa terapkan manajemen gawai pada anak, agar anak-anak tak kecanduan gawai.
Anak Kecanduan Gawai
Kemarin, saya bertemu dengan seorang teman. Dulu, anak-anak kami sekelas saat TK (Taman Kanak-Kanak), sekarang bertemu lagi di tempat les yang sama. Selama menunggu anak les, kami bercerita banyak hal. Obrolan seputar pengasuhan, salah satunya tentang anak yang kecanduan gawai.
Tak bisa dipungkiri, anak-anak saat ini tak bisa dipisahkan dari gawai. Maklum, mereka adalah anak generasi alpha. Generasi Alfa adalah kelompok demografi yang menyusul Generasi Z. Generasi ini lahir tahun 2013 ke atas. Mengambil nama dari huruf pertama dalam abjad Yunani, Generasi Alfa adalah orang-orang yang lahir sepanjang abad ke-21. Kebanyakan anggota Generasi Alfa adalah anak-anak dari Milenial dan cucu dari baby boomers.
Generasi alpha adalah generasi pertama yang lahir di dunia digital, generasi yang sudah sangat akrab dengan teknologi digital. Tak heran, jika anak-anak ini sangat akrab dengan gawai dan internet.
Sering berinteraksi dengan gawai membuat anak kecanduan. Fenomena anak kecanduan gawai, menurut dr Tjhin Wiguna, psikiater anak dan remaja di Departemen Medik Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM. mulai meningkat dalam tiga tahun terakhir.
Jumlah orangtua yang datang meminta konsultasi ke lembaga-lembaga perlindungan anak atau membawa anaknya ke psikolog dan psikiatri juga meningkat.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi menyatakan, sejak 2013 lembaganya menangani 17 kasus anak yang kecanduan gawai. Begitu juga Komisi Nasional Perlindungan Anak, yang sejak 2016 sudah menangani 42 kasus anak yang kecanduan gawai.
Tentunya, hal ini harus segera diatasi. Jangan sampai, anak-anak kita kecanduan gawai. Melakukan manajemen gawai pada anak bisa menjadi solusi agar anak tidak kecanduan gawai.
Manajemen Gawai Pada Anak
Manajemen gawai pada anak adalah bagaimana aturan penggunaan gawai pada anak. Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam manajemen gawai pada anak.
Durasi
Hal pertama yang harus diatur dalam penggunaan gawai pada anak adalah durasi. Buat kesepakatan tentang berapa lama durasi waktu yang dimiliki anak untuk mengakses gawai.Â
Tentunya, durasi tidak boleh lebih dari 3 jam per hari. Sebab, menurut Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) Kristiana Siste Kurniasanti  mengatakan,  penggunaan gawai pada anak dan remaja lebih dari 3 jam sehari menyebabkan mereka rentan kecanduan gawai.
Baca Juga : 5 Ide Dolanan Tradisional Berbahan Kayu
Kalau saya, memberikan anak-anak waktu mengakses gawai 1 jam/hari untuk weekdays dan 2 jam/hari untuk weekend. Tidak boleh dihabiskan sekaligus, melainkan diakses setiap 15 menitan. Cara ini tak hanya mencegah agar anak tidak kecanduan gawai saja, tetapi juga melindungi kesehatan matanya dari paparan sinar biru pada gawai.
Waktu
Ada beberapa waktu dimana anak tidak dibolehkan mengakses gawai. Pertama, saat makan. Anak tidak boleh akses gawai saat makan. Kedua, saat di kamar mandi. Anak tidak boleh mengakses gawai saat mandi, sekalipun hanya untuk memutar lagi. Ketiga, saat akan tidur. Jangan pernah membiarkan anak mengakses gawai saat akan tidur, hal ini bisa membuatnya mengalami gangguan tidur. Maksimal dua jam sebelum waktu tidur, jauhkan gawai dari anak.
Lokasi
Saya juga memberikan aturan tentang lokasi mengakses gawai. Anak-anak tidak boleh mengakses gawai. Anak tidak boleh akses gawai di kamar tidur, hal ini untuk mencegah agar anak tidak mengakses gawai sambil tiduran. tulangnya.
Tiduran sambil menggunakan gawai juga membuat tidur menjadi tidak berkualitas karena bunyi-bunyi notification membuat otak tidak tidur. Ini juga bisa mengganggu kesehatan matanya.
Lokasi kedua adalah kamar mandi. Gawai merupakan satu hal yang membuat anak berlama-lama di kamar mandi. Ada dua ciri anak yang bermasalah: bangunnya kesiangan dan berlama-lama di kamar mandi.
Anak hanya boleh akses gawai di ruang santai. Diakses sambil duduk tegak. Agar tak mengganggu kesehatan mata dan tulangnya.
Aplikasi
Manajemen gawai juga mengatur aplikasi apa saja yang boleh ada di gawai anak. Anak tidak boleh memiliki lebih dari dua aplikasi game pada gawainya. Bila ingin install game baru, maka game lama harus dihapus.
Baca Juga : Maman Sulaeman, Permudah Siswa Belajar dengan Aplikasi Tanpa Sinyal Tanpa Server
Saya juga menggunakan Google Family Link untuk mengatur aplikasi pada gawai anak. Dengan Google Family Link ini orang tua bisa mengatur aplikasi apa saja yang boleh di install di gawai anak.
Alat simpel ini juga memudahkan orang tua dalam mengatur waktu penggunaan perangkat anak, berbagi lokasi, mengelola setelan privasi, dan banyak lagi.
Bonding
Aturan-aturan manajemen gawai pada anak yang sudah dibahas di atas tak akan berjalan jika tidak ada bonding antara orang tua dan anak. Kuatkan bonding dengan anak. Jadilah teman bermainnya, dengarkan ceritanya, dan berikan perhatian serta kasih sayang yang melimpah.
Baca Juga : Main Sama Bapak, Kuatkan Hubungan Keluarga
Dengan begitu, anak tak akan menjadikan gawai sebagai pelarian. Anak tentu lebih senang menghabiskan waktunya dengan orang tua yang penuh limpahan kasih sayang, dibandingkan gawainya.
Baca Juga : Mengisi Tangki Cinta Si Sulung
Penutup
Kecanduan gawai pada anak bisa dihindari dengan menerapkan manajemen gawai ini. Anak-anak tak harus dipisahkan dengan gawai, hanya perlu diatur bagaimana mengakses gawai yang baik.
Demikian tips parenting hari ini. Bagaimana dengan mom blogger lainnya? Adakah tips lain yang ingin dibagikan agar anak tidak kecanduan gawai? Silahkan share di kolom komentar, ya!
Terima kasih.
15 Responses
Ketika anak-anak saya masih kecil, memang ada aturan waktu dan durasi. Dan, saya termasuk ketat menjalankannya. Anak saya pernah dihukum tidak boleh pegang gawai hingga 2 minggu.
Gawai memang bikin candu karena banyak yang menyenangkan di sana. Makanya, perlu juga cari aktivitas yang minimal sama menyenangkannya. Jadi, anak tidak merasa terpaksa melepas gawai.
Memang gawai gak mungkin dihilangkan dalam kehidupan anak-anak seperti dulu sewaktu gawai belum ada atau belum banyak, karena kita sebagai ortu kan aktif dengan gawai. Jadi aku menyiasatinya dengan memberi anak beragam mainan seperti masakan, buku cerita, lego dll, supaya gak fikus gawai terus
Sedih banget kalo anak kecanduan gawai
anakku yang paling kecil – hidup di era dimana gawai adalah segalanya. Belajar – main – semua dari situ…hiks hiks
melepaskan dirinya dari gawai itu dengan memancingnya berolahraga, alhamdulillah dia bisa membagi waktunya sendiri sekarang
noted banget semua point nya karena kondisi anak-anak yang kecanduan gawai pasti memiliki efek negatif di kemudian hari, dan kita ngga bisa memungkiri dengan apa2 serba gadget sekarang ini tuh pandai2 kita yg atur mereka ya
Ah iya juga yang penting komunikasi dan disiplin ya. Sehingga anak bisa patuh, karena orang tua dan lingkungannya juga mendukung. Semoga bisa diterapkan di rumah saya juga nih
Anakku semenjak tau menggunakan gawai, sudah ada perjanjian terlebih dahulu. Ditambah sekarang, belajar di rumah juga menggunakan tab karena materinya ada di dalam apps jadi biasanya penggunaan gawai di hari biasa hanya untuk keperluan sekolah. Kalau bermain biasanya ada 1 jam untuk sehari.
Anak-anakku juga pegang hape terus kalo di rumah. Makanya sekolah full day aja, jadi pegang hapenya gak lama-lama. Makasih tipsnya ya.
Waktu itu teman aku yg kerja di rumah sakit umum juga pernah cerita te tang anak yang kecanduan gadget, sampai dimanapun tangannya seperti sedang bermain games gitu. Oleh orangtuanya dibawa ke rumah sakit. Jadi memang harus dibatasi ya sesuai kebutuhan aja & kalau sudah kecanduan harus cari cara mengatasinya dengan menerapkan manajemen gawai
Dengan contoh dan penerapan menerapkan manajemen gawai yang disiplin, anak akan memahami aturan ini dan terbiasa. Seneng banget lihat anak aktif beraktivitas dan mungkin hanya sesekali aja pegang gawai untuk kebutuhan pembelajaran, misalnya.. atau komunikasi dengan teman.
sebenernya gadget tuh banyak juga manfaatnya buat anak, salah satunya bisa menambah kosa kata anak juga saat dia menonton video anak-anak, terutama yang berbahasa Inggris, kadang juga kalau presenternya menggunakan bahasa baku, anak juga bisa memiliki keterampilan berbahasa yang baik.
cuma ya gitu yaa, emang perlu dikontrol sama ortu dan diberi jadwal agar anak tidak kecanduan, apalagi hanya sekadar nonton sesuatu yang ga jelas. makasih sharingnya mbak
Perlu banget memang gak dulu waktu usia SD aku main hp dan nonton TV itu pas week end mba… Smp kesini pas udah SMP alhamdulillah sih malah lebih seneng main di luar ketimbang pegang Hp.. main hp palingan sebentar aj
Poin terakhir ini yang paling pentiingg yaa. Percuma kalau gawai dibatasi tanpa kita nya meluangkan waktu untuk bonding. Justru pentingnya bonding ya karena kita jadi bisa deket sama anak dan anak bisa disiplin main gawai.
Soalnya mereka tau, kalau gak ada gawai pun, mereka malah bisa terkoneksi ke orangtuanya, dan itu malah yang bikin mereka lebih fulfilled 😀
Aku kalau kasih anak hp biasanya sudah dibilang dari awal, 10 menit saja ya atau sebentar saja ya. Dengan sendirinya dia bakalan kasih kalau aku ingetin. Dengan begitu anak tidak kecanduan gadget,
Bahkan dulu pernah nerapin konsep, belajar, main mainan fisik, dan nonton youtube anak-anak. Tetapi konsepnya ini tidak harus berurutan. Saat itu, karena anak mudah bosan jadi aku minta dia buat melakukan tiga hal itu secara bergantian. Dan cukup membantu dia tidak ketagihan sama HP.
Aku tuh yang masih belum bisa memanajemen gawai buat anak-anak itu masalah waktu. Mereka pulang siang jam 1an. Lalu sore mengaji. Malam belajar. Idealnya tidak ada waktu buat main game lagi. Tapi sayangnya, mereka kadang mencuri-curi waktu di antara waktu itu.
Kayanya manajemen waktu biar nggak kecanduan gadget gini perlu diterapin ke diriku juga deh Mak. Bosen dikit langsung scroll. Aduh ga sehat bangettt