Di tengah hiruk-pikuk Kota Surabaya yang modern dan sibuk, ada satu tempat yang diam-diam menyimpan sejarah panjang. Bukan Masjid Agung atau Masjid Cheng Hoo yang megah, tapi sebuah masjid kecil di kawasan Kembang Kuning—Masjid Rahmat.
Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah biasa. Ia adalah saksi bisu awal masuknya Islam ke Surabaya, bahkan sebelum berdirinya Masjid Agung Sunan Ampel. Tapi, entah kenapa, tidak banyak yang tahu tentangnya.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk, kita gali lebih dalam!
Sejarah Masjid Rahmat: Awal Dakwah Sunan Ampel di Surabaya

Masjid Rahmat diperkirakan didirikan pada abad ke-15 oleh Raden Rahmat, yang lebih dikenal sebagai Sunan Ampel. Sebelum membangun kompleks Masjid Agung di Ampel, Sunan Ampel memilih mendirikan tempat ibadah sederhana ini sebagai pusat dakwahnya yang pertama.
Masjid ini juga didirikan bersama Mbah Wiro Sarojo, salah satu pengikut setia Sunan Ampel. Mereka membangunnya secara diam-diam untuk menghindari konflik dengan penguasa saat itu yang masih didominasi ajaran Hindu-Buddha.
Seiring waktu, masjid ini berkembang menjadi pusat penyebaran Islam di Surabaya sebelum akhirnya Sunan Ampel berpindah ke kawasan yang sekarang dikenal sebagai Kampung Ampel.
Transformasi dari Langgar Tiban ke Cagar Budaya

Sebagai masjid yang sudah berdiri selama lebih dari lima abad, tentu Masjid Rahmat telah mengalami banyak perubahan. Awalnya hanya berupa langgar tiban, yaitu mushola kecil yang dibangun dengan bahan sederhana seperti kayu dan anyaman bambu.
Namun, pada tahun 1967, masjid ini direnovasi dan diresmikan kembali oleh Menteri Agama saat itu, Prof. Dr. Saifuddin Zuhri. Masjid yang awalnya kecil kemudian diperluas agar dapat menampung lebih banyak jamaah.
Baca Juga : Wisata Religi di Surabaya: Napak Tilas Spiritual di Kota Pahlawan
Puncaknya, pada tahun 2015, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menetapkan Masjid Rahmat sebagai cagar budaya. Penetapan ini menegaskan bahwa masjid ini memiliki nilai sejarah tinggi yang harus dijaga dan dilestarikan.
Arsitektur Masjid Rahmat: Sederhana tapi Penuh Makna
Meskipun sudah mengalami renovasi, Masjid Rahmat tetap mempertahankan bentuknya yang sederhana. Tidak seperti masjid-masjid besar lainnya di Surabaya yang memiliki menara tinggi, masjid ini justru tanpa menara.

Ciri khasnya adalah kubah kecil dan desain bangunan yang lebih mengutamakan fungsi daripada estetika mewah. Namun, justru di balik kesederhanaannya inilah tersimpan nilai sejarah yang luar biasa.
Masjid ini juga memiliki area khusus untuk pendidikan, mulai dari TK, SD, hingga SMP Islam. Selain itu, dulunya masjid ini memiliki stasiun radio sendiri, yang digunakan untuk mengumandangkan adzan dan sebagai penentu waktu sholat bagi masjid-masjid di sekitarnya.
Masjid Rahmat adalah bukti nyata bahwa dakwah Islam di Jawa tidak dimulai dengan bangunan besar dan megah, melainkan dari tempat sederhana yang penuh keikhlasan.
Baca Juga : Menginap dengan Sejarah: 5 Hotel Bersejarah di Surabaya yang Penuh Kisah
Masjid ini juga menunjukkan bagaimana Islam di Indonesia berkembang dengan pendekatan damai dan budaya lokal. Sunan Ampel tidak memaksakan perubahan secara drastis, melainkan perlahan-lahan mengajak masyarakat memahami Islam melalui pendekatan budaya dan kebijaksanaan.
Sayangnya, karena lokasinya yang tidak sepopuler kawasan Ampel, Masjid Rahmat sering luput dari perhatian wisatawan.
Masjid Rahmat sebagai Pusat Dakwah dan Pendidikan
Masjid ini bukan hanya tempat shalat, tapi juga pusat kegiatan sosial dan pendidikan Islam. Beberapa kegiatan yang rutin dilakukan di sini antara lain:
- Kajian Islam Rutin – Mulai dari tafsir Al-Qur’an, fiqih, hingga kajian sejarah Islam.
- Halaqah Al-Qur’an dan Tahfidz – Program bagi anak-anak yang ingin menghafal Al-Qur’an.
- Program Sosial – Termasuk santunan anak yatim dan pembagian sembako untuk masyarakat sekitar.
Masjid ini juga aktif mengadakan pengajian khusus bagi kaum perempuan, meneruskan semangat dakwah Sunan Ampel yang dikenal sangat peduli dengan pemberdayaan perempuan dalam Islam.
Mengunjungi Masjid Rahmat: Lokasi dan Tips
Kalau kamu tertarik untuk mengunjungi Masjid Rahmat, berikut beberapa informasi penting:
Alamat: Jalan Kembang Kuning, Surabaya
Jam Operasional: 24 jam untuk ibadah, tetapi untuk kegiatan lain tergantung jadwal pengurus masjid.
Tips Berkunjung:
- Datang saat waktu shalat agar bisa merasakan atmosfer khas masjid bersejarah.
- Jangan lupa berpakaian sopan dan menghormati jamaah yang sedang beribadah.
- Jika ingin tahu lebih dalam tentang sejarahnya, coba tanyakan kepada pengurus masjid atau warga sekitar.
Kesimpulan: Warisan Sunan Ampel yang Harus Tetap Bersinar
Masjid Rahmat adalah bukti bahwa sejarah Islam di Surabaya dimulai dari tempat yang sederhana namun penuh makna. Meskipun sering kalah pamor dibandingkan Masjid Agung Ampel, masjid ini tetap menjadi simbol dakwah awal Sunan Ampel yang patut dihargai dan dilestarikan.
Baca Juga : Masjid Rahmat, Masjid Tertua di Surabaya
Jadi, kalau kamu suka wisata sejarah atau sekadar ingin mencari ketenangan spiritual di tengah kota, Masjid Rahmat adalah destinasi yang wajib masuk bucket list-mu!
Sudah pernah berkunjung ke sini? Atau punya cerita menarik tentang masjid ini? Share di kolom komentar ya!