Menikmati Kuliner Khas Surabaya di Blauran

Share This Post

Pasar Blauran, tempat yang penuh kenangan bagi saya. Dulu, saat kecil almarhum papa sering mengajak saya ke sini. Biasanya kami akan membeli buku lalu makan es dawet. Pasar Blauran ini tempat beli buku dan mainan terlengkap pada masa itu. Di sini juga surganya kuliner. Berbagai kuliner khas Surabaya ada di sini. Beberapa waktu lalu, saya dan seorang teman, mbak Icha, menyempatkan diri blusukan ke pasar ini. Kami berdua menikmati berbagai kuliner khas Surabaya, mulai dari lontong mie, es dawet, hingga rujak cingur.

Sejarah Pasar Blauran

Terletak di pusat kota Surabaya, Pasar Blauran menawarkan suasana yang unik. Bangunannya bergaya tradisional dengan sentuhan modern. Begitu memasuki pasar, Anda akan disambut dengan aroma rempah-rempah, suara hiruk-pikuk pedagang, dan pemandangan kios-kios makanan yang berjajar rapi. Tempat ini bukan sekadar pasar, tetapi juga surga kuliner bagi pecinta makanan khas Nusantara.

Pasar Blauran ini punya sejarah yang panjang, lho. Pasar ini sudah berdiri sejak abad 19 M. Pada zaman kolonial Belanda, pasar ini sudah memiliki peran yang penting. Pada era kolonial, Blauran menjadi salah satu pusat perdagangan penting karena lokasinya yang dekat dengan jalan raya utama dan kawasan bisnis. Kehadiran etnis Tionghoa di Surabaya juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan Pasar Blauran. Mereka mendirikan toko-toko kecil hingga besar di sekitar pasar, yang banyak di antaranya masih bertahan hingga saat ini.

Saat Indonesia merdeka, Pasar Blauran terus berkembang dan menjadi tempat yang sangat hidup. Pasar ini terkenal sebagai pusat penjualan tekstil dan pakaian. Banyak pedagang dari luar kota datang ke Blauran untuk membeli barang dagangan dalam jumlah besar. Selain itu, pasar ini menjadi simbol keberagaman budaya dan ekonomi Surabaya, dengan berbagai pedagang dari latar belakang yang berbeda.

Baca Juga : 7 Tempat Wisata Gratis Surabaya yang Ramah Anak

Kini, meski memasuki era modern, pasar Blauran tidak kalah bersaing dengan pusat perbelanjaan modern yang menjamur di Surabaya. Pasar Blauran masih tetap eksis. Meski berdampingan dengan mall BG Junction, pasar ini masih tetap ramai pembeli. Pasar Blauran tetap menjadi salah satu destinasi favorit warga Surabaya. Selain tekstil, Blauran juga terkenal dengan kuliner khasnya, seperti lontong mie, rujak cingur, tahu campur, dan jajanan tradisional lainnya yang menggugah selera.

Blusukan Berburu Kuliner Khas Surabaya

Menikmati Kuliner Khas Surabaya di Blauran

Mbak Icha, pengen banget merasakan naik Suroboyo Bus. Jadi, setelah selesai nge gym, saya menemaninya keliling Surabaya naik Suroboyo Bus. Kebetulan, bus kebanggaan warga Surabaya ini melewati pasar Blauran. Akhirnya, kami memutuskan untuk singgah sejenak di pasar ikonik ini. Kebetulan, pas jam makan siang. Kami pun langsung menuju stand penjual lontong mie.

Menikmati Kuliner Khas Surabaya di Blauran

Lontong mie adalah salah satu kuliner khas Surabaya. Makanan khas Surabaya ini terbuat dari lontong, mie, dan kuah udang. Lontong mie memiliki rasa manis, pedas, dan gurih, serta disiram dengan sambal petis. Sebagai pelengkap, lontong mie dinikmati dengan kerupuk berwarna kuning. Disebut kerupuk mie.

Menikmati Kuliner Khas Surabaya di Blauran

Baca Juga : Pengalaman Naik Transportasi Umum Surabaya

Penjual lontong mie yang ada di pasar Blauran juga berjualan beberapa makanan khas Surabaya lainnya. Selain aneka gorengan dan sate-satean, juga ada es dawet, es mutiara, bubur madura, dan lain sebagainya. Berhubung kami sudah kenyang karena lontong mie dan gorengan, es dawetnya dibungkus. Dibawa pulang untuk oleh-oleh.

Menikmati Kuliner Khas Surabaya di Blauran

Belum puas kulineran, kami pun menuju penjual kue cucur. Kue cucur di pasar Baluran ini terkenal enak. Kue cucur merupakan kue tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu. Kue ini memiliki cita rasa yang khas dan menggugah selera. Rasanya yang manis, aromanya yang wangi, dan teksturnya yang cukup lembut membuat kue cucur digemari hampir semua orang.

Banyak orang percaya jika kue cucur berasal dari Betawi. Tak hanya di Indonesia, kue cucur juga terdapat di Malaysia, Thailand, dan Brunei, lho!

Menikmati Kuliner Khas Surabaya di Blauran

Penjual kue cucur di Pasar Blauran sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan sekarang merupakan generasi ketiga. Mereka masih mempertahankan resep dan cara pembuatan kue cucur yang sama seperti dulu.Kue cucur dibuat dengan cara digoreng di atas wajan yang berisi minyak panas. Setiap kue cucur memiliki ukuran jumbo dengan harga yang murah, hanya Rp 3.000 per biji.

Kue cucur yang dijual di sini ada tiga varian. Yaitu rasa original, pandan, dan gula merah. Selain kue cucur, ada juga jajanan lainnya. Seperti perut ayam, tahu isi, ote-ote, dan apem.

Kue cucur ini enak sekali dinikmati saat masih hangat. Apalagi kalau ada kopi atau teh sebagai pelengkap. Ah, nikmat.

Menikmati Kuliner Khas Surabaya di Blauran

Di pasar Blauran, ada banyak stand penjual makanan. Berbagai kuliner khas Surabaya seperti rujak cingur, tahu campur, sate klopo, dan lain sebagainya ada di sini. Di sini juha sentra penjualan berbagai jajan pasar lho. Seperti pasar kue Senen, Jakarta.

Baca Juga : 5 Makanan Khas Surabaya yang Unik dan Wajib Dicoba

Blusukan ke pasar Blauran dijamin seru. Teman-teman bisa menikmati berbagai kuliner lezat di sini.

Penutup

Setelah puas berkeliling pasar dan menikmati berbagai kuliner khas Surabaya, kami pun pulang. Senang sekali bisa blusukan ke pasar ini. Pasar Blauran menjadi salah satu ikon kota Surabaya. Berkunjung ke Surabaya tak lengkap jika tidak mampir kesini. Manjakanlah lidah dengan kelezatan kuliner otentik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Cerita Bunda

Menikmati Kuliner Khas Surabaya di Blauran

Pasar Blauran, tempat yang penuh kenangan bagi saya. Dulu, saat kecil almarhum papa sering mengajak saya ke sini. Biasanya kami akan membeli buku lalu makan

Cerita Bunda

Pengalaman Naik Transportasi Umum Surabaya

Beberapa waktu lalu, saya menghadiri rapat di sekolah anak-anak. Jarak sekolah anak dengan rumah bisa dibilang jauh ya, sekitar 13 km. Maklum, rumah kami di