Bulan Mei lalu, saya mengikuti pelatihan Ibu Penggerak Batch XII. Mengikuti pelatihan ini sangat penting bagi saya, apalagi sejak anak-anak memilih sekolah dengan sistem blended learning, dimana mereka juga lebih banyak belajar bersama saya di rumah.
Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Terlebih lagi, pemerintah menetapkan kurikulum baru sebagai acuan pembelajaran. Meski sudah disosialisasikan sejak tahun 2020 dan secara resmi diberlakukan pada tahun 2022 lalu, jujur saja saya masih belum memahami kurikulum baru tersebut.
Kurikulum baru tersebut bernama Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini ingin anak-anak bisa merdeka belajar. Kurikulum yang disebut lebih bisa memerdekakan anak dalam belajar.
Namun, di satu sisi, kurikulum ini membutuhkan peran serta orang tua sebagai fasilitator belajar anak. Memang, seharusnya apapun kurikulumnya, orang tua tetap memiliki kewajiban untuk mendampingi anak belajar.
Kurikulum merdeka menekankan kembali pentingnya kehadiran orang tua dalam merdeka belajar ini, khususnya ibu. Oleh karena itu, Ibu Penggerak sangat penting untuk kesuksesan kurikulum merdeka ini.
Berkenalan dengan Ibu Penggerak
Ibu Penggerak adalah gerakan yang diinisiasi oleh SIDINAÂ Community. Ibu Penggerak merupakan sebuah gerakan pembelajaran dalam upaya memastikan tumbuh kembang anak secara holistik, sehingga seorang ibu dapat menjadi sosok yang berdaya dan mampu menjadi kekuatan bagi anak-anaknya.
Ibu Penggerak berperan menjadi wadah untuk berbagi praktik baik, saling menginspirasi, serta memberikan semangat kepada sesama ibu untuk mendidik dan membentuk karakter anak.
Per April 2021, SIDINA Community dipercaya menjadi Komunitas Mitra Kemdikbudristek untuk mensosialisasikan kebijakan dan program Kemdikbudristek kepada orang tua yang salah satunya melalui Program Pelatihan Ibu Penggerak. Hingga saat ini, SIDINA Community sudah mencetak 1.393 Ibu Penggerak dan saat ini sudah ada sekitar 170 Fasilitator Ibu Penggerak (data Agustus 2023).
Ibu Penggerak menjadi mitra dari Kemendikbudristek dan memiliki peranan aktif dalam mendukung isu-isu aktual di dunia pendidikan. Salah satu contohnya adalah implementasi program Merdeka Belajar.
Saya beruntung bisa menjadi bagian dari Ibu Penggerak ini.
Manfaat Menjadi Ibu Penggerak
Ada banyak manfaat yang diterima saat menjadi seorang Ibu Penggerak, diantaranya :
- Mendapatkan informasi langsung dari Kemdikbudristek
- Support system sesama ibu dengan visi yang sama
- Menciptakan karakter anak sesuai profil pelajar pancasila
- Menjadi garda terdepan dalam penghapusan 3 dosa besar pendidikan
- Menerapkan merdeka belajar dalam keluarga dan lebih termotivasi dalam membersamai anak belajar
- Diberikan personal skill (presentation skill, public speaking, design grafis dll)
- Berkesempatan mengikuti seleksi ToT Fasilitator
- Bisa berkontribusi dalam dunia sosial pendidikan/volunteering (terbuka kesempatan setelah menjadi fasilitator)
Pelatihan Ibu Penggerak Batch XII
Pelatihan Ibu Penggerak Batch XII ini digelar secara online, mulai tanggal 8 hingga 11 Mei 2023. Selama empat hari berturut-turut, saya mendapatkan pembekalan seputar apa itu Ibu Penggerak, Kurikulum Merdeka, Profil Pelajar Pancasila, Literasi dan Numerasi, hingga 3 Dosa Besar Pendidikan.
Berikut ringkasan materi yang saya dapatkan selama mengikuti pelatihan Ibu Penggerak Batch XII.
Ibu Penggerak
Ibu Penggerak adalah ibu yang memahami dirinya sendiri serta bisa memaksimalkan potensinya.
Ibu yang mau menjadi pembelajar sepanjang hayat untuk bisa membersamai tumbuh kembang anak secara holistik serta punya semangat untuk bergerak mengajak ibu lainnya menjadi ibu pembelajar yang berdaya sehingga bisa menjadi privilege untuk anak-anaknya.
Menjadi ibu adalah proses belajar sepanjang hayat, begitu juga kata teman saya yang juga seorang blogger parenting di Malang.
Ibu bisa belajar dengan berkomunitas di Ibu Penggerak ataupun di Sekolah Parenting Harum.
Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter serta peningkatan kompetensi peserta didik.Â
Latar belakang kurikulum ini adalah masih rendahnya skor PISA (Program for International Student Assessment) atau program penilaian pelajar internasional merupakan suatu program penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan setiap 3 tahun guna menguji para pelajar yang berusia 15 tahun. Selama 10 tahun terakhir ini, skor PISA Indonesia cenderung rendah dan tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Baca Juga : Kurikulum Merdeka, Belajar Jadi Menyenangkan dan Bermakna
Selain itu juga karena masih ada kesenjangan pendidikan di Indonesia dan juga adanya learning loss akibat pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir ini.
Kurikulum merdeka dianggap mampu mengatasi persoalan pendidikan di Indonesia. Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kurikulum merdeka ini memilili keunggulan dibandingkan kurikulum lainnya. Kurikulum merdeka lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka, serta lebih relevan dan interaktif.
Profil Pelajar Pancasila
Kurikulum merdeka tak hanya ingin meningkatkan kemampuan akademik semata, tetapi juga melakukan penguatan karakter.
Kurikulum merdeka ingin setiap peserta didik memiliki karakter layaknya, Profil Pelajar Pancasila.Â
Baca Juga : Anak Kecanduan Gawai? Terapkan Manajemen Gawai Pada Anak Berikut Ini
Profil Pelajar Pancasila ini diwujudkan dalam P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Peserta didik akan diberikan proyek dengan tema tertentu untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan 6 elemennya, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, serta kreatif. Sehingga peserta didik tidak hanya cerdas secara akademik, namun juga memiliki karakter yang baik.
Literasi dan Numerasi
Literasi dan Numerasi menjadi fokus penting dalam Kurikulum Merdeka ini. Kemampuan literasi dan numerasi peserta didik secara minimum akan diuji pada AKM (Asesmen Kompetensi Minimum).
Baca Juga : Banyak Manfaatnya, Yuk Ajak Anak Membuat Puisi
3 Dosa Besar PendidikanÂ
Hingga saat ini, masih ada tantangan yang menjadi dosa besar dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu Intoleransi, Perundungan, dan Kekerasan Seksual.
Baca Juga : Putuskan Rantai Bullying dengan Cara Ini
Apa yang Akan Dilakukan Setelah Menjadi Ibu Penggerak
Lalu, apa yang akan saya lakukan setelah menjadi Ibu Penggerak? Tentunya, saya akan semakin percaya diri dalam mendampingi anak-anak belajar. Saya memiliki bekal tentang kurikulum yang berlaku saat ini.
Selain itu, saya pun akan berbagi melalui tulisan seputar peran menjadi Ibu Penggerak dan tentang Kurikulum Merdeka. Baik di blog pribadi, website pendidikan, hingga buku.
Demikian cerita pengalaman saya selama mengikuti pelatihan Ibu Penggerak Batch XII. Kalau teman-teman ingin tahu lebih banyak tentang apa Ibu Penggerak dan Kurikulum Merdeka, jangan lupa untuk sering mampir ke blog ini, ya!
Terima Kasih.