Alhamdulillah, memasuki sepuluh hari kedua di Bulan Ramadan. Bagaimana? Semoga teman-teman semua masih semangat puasa, ya!
Ramadan tak hanya momen yang tepat untuk mendulang pahala, tetapi juga sangat cocok untuk melakukan refleksi. Refleksi atas semua yang telah dicapai hingga hari ini.
Hari ini saya ingin berefleksi sejenak, tentang perjalanan hidup. Refleksi ini semakin membuat saya banyak bersyukur mengingat nikmat yang telah Allah berikan. Melakukan refleksi, semakin menyadari bahwa pertolongan Allah itu nyata adanya.
Saya ingin berefleksi tentang bagaimana saya bisa melalui semua hingga saat ini. Mengingat masa-masa perjuangan dulu.
Saat kelas 4 SD, saya terpaksa harus tinggal bersama kakek dan nenek. Kondisi keuangan orang tua sedang tidak baik-baik saja. Demi keberlangsungan masa depan, saya harus bersama kakek dan nenek. Sebelumnya, kakek dan nenek bahkan sudah merawat adik perempuan saya sedari bayi.
Orang tua saya berpindah-pindah mencari rezeki untuk menyambung hidup. Dua adik laki-laki ikut bersama mereka.
Terpisah dari orang tua membuat saya hidup mandiri. Saya tak ingin merepotkan kakek dan nenek. Bisa makan dan sekolah saja saya sudah bersyukur. Tak ingin meminta lebih.
Alhamdulillah perjalanan pendidikan lancar. Selalu masuk sekolah favorit. Kakek juga masih mampu membiayai. Hingga saat kuliah tiba.
Kakek ingin saya kuliah. Meski beliau belum tahu bagaimana biayanya. Saat saya kuliah, tentu saja om dan tante banyak yang tak setuju. Mereka tentu tak akan membantu dan tahu jika kakek tak punya biaya. Apalagi, tak ada dalam garis keturunan kakek yang kuliah, lebih-lebih lagi seorang perempuan. Tentu tidak akan diperjuangkan.
Baca Juga : Justitia Avila Veda, Berjuang Menghapus Kekerasan Berbasis Gender
Tapi saya nekat mendaftar. Saya pun diterima masuk ke perguruan tinggi negeri favorit di kota Surabaya. Saya masuk lewat jalur prestasi.
Hingga masa daftar ulang tiba, papa yang janji mau cari uang untuk membayar biaya kuliah nyatanya tak berhasil. Tentu saja kakek tetap tak punya uang.
Detik-detik waktu pembayaran sudah hampir habis. Saya pasrah. Menangis pun tak punya tenaga. Saya pasrah jika memang tak bisa kuliah.
Lalu, tiba-tiba seorang guru SMA saya menelpon. Beliau mau membayar uang pendaftaran kuliah. Nggak hanya itu, beliau janji akan selalu membayar SPP kuliah saya setiap semester.
Alhamdulillah, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Memberikan pertolongan di saat-saat terakhir. Saya pun bisa lulus kuliah 7 semester dengan bantuan ibu guru ini. Ibu guru yang sangat dekat dengan saya. Sudah seperti ibu sendiri.
Selama kuliah saya juga bekerja sebagai asisten dosen. Membantu dosen melakukan penelitian. Honor sebagai asisten inilah yang saya gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Saya tak ingin membebani kakek. Kakek cukup memberi saya makan dan uang saku sehari-hari.
Perjuangan saya semakin berat. Menjelang kelulusan, papa meninggal. Saya pun harus menjadi tulang punggung keluarga. Saat itu adik-adik masih kecil. Honor sebagai asisten dosen tak lagi untuk kebutuhan kuliah, tapi juga membantu makan mama dan dua adik lelaki saya. Tak mungkin membebani kakek lagi.
Baca Juga : Catat! Ini Pentingnya Asuransi Jiwa Syariah Untuk Keluarga
Setahun kemudian, duka kembali menyapa. Kakek meninggal. Otomatis adik perempuan yang saat itu baru masuk kuliah, harus menjadi tanggungan saya. Beruntung soal SPP bukan tanggung jawab saya. Adik dapat donatur untuk biaya kuliah.
Akhirnya, saya memberanikan diri merantau ke ibukota. Bekerja keras senin hingga minggu. Tanpa libur. Sebab harus bekerja di dua perusahaan sekaligus.
Perjuangan sebagai generasi sandwich baru berakhir tahun 2019. Saat adik bungsu lulus kuliah dan diterima sebagai pegawai BUMN. Sejak itu, dia mengambil alih tanggung jawab untuk menafkahi mama.
Baca Juga : Memutus Rantai Generasi Sandwich
Alhamdulillah, saya bisa melalui peran sebagai tulang punggung keluarga. Selama sepuluh tahun menafkahi orang tua dan saudara. Alhamdulillah adik-adik bisa mengenyam pendidikan hingga sarjana.
Kalau diingat lagi, tentu saja semua itu bukan karena kehebatan saya. Melainkan karena cinta dari-Nya yang tak terbatas. Dengan cinta-Nya, Allah memberikan kemudahan.
Memberikan setiap pertolongan saat saya kesulitan. Menghadirkan orang-orang baik yang membantu saya melalui semua tanggung jawab ini.
Alhamdulillah, saya bersyukur. Semua ini karena cinta Allah yang tak terbatas. Bersama kesulitan, ada kemudahan.
#KEBBerbagiCeritaRamadan
#KEBBerbagiCeritaRamadanDay5