Akhir-akhir ini saya dilanda kecemasan. Hati saya resah. Semua ini karena munculnya berita kasus bullying beberapa hari terakhir. Belum selesai mengikuti kasus anak SD yang matanya ditusuk, muncul berita bullying yang dialami oleh anak SMP di Cilacap. Lalu, yang paling mengiris hati adalah berita anak kelas 6 SD yang melompat dari lantai 4 sekolahnya, tewas. Diduga, korban depresi karena sering di-bully. Tuhan.., apakah dunia sudah sehancur itu?
Beberapa berita bullying yang terjadi akhir-akhir ini membuat saya semakin was-was saat melepas anak keluar rumah. Saya takut, anak saya menjadi korban bully, atau mungkin saja malah menjadi pelaku bullying! Amit-amit! Jangan sampai itu terjadi!
Banyak penelitian menyebutkan, pelaku bullying sendiri adalah korban bully. Ketika sudah merasa memiliki kekuatan dan kesempatan, ia pun membalaskan dendam nya. Dari korban bully menjadi pelaku bullying.
Persoalan bullying ini layaknya sebuah rantai. Tak akan selesai bila tak segera diputus. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk memutus rantai bullying ini?
Mengenal Bullying
Bullying atau perundungan adalah perilaku agresif yang disengaja dan dilakukan berulang oleh pelaku terhadap seseorang.
Bullying ini banyak jenisnya. Mulai dari bullying verbal, fisik, relasional, seksual, dan yang akhir-akhir ini makin marak adalah cyber bullying.Â
Baca Juga : Anak Kecanduan Gawai? Coba Terapkan Manajemen Gawai Pada Anak Berikut Ini!
Semua jenis bullying di atas tentu bukan sesuatu yang bisa ditoleransi. Bullying adalah perbuatan yang tidak terpuji, dan tentu saja harus dihilangkan.
Bullying ini bisa terjadi dimana saja. Mulai dari lingkungan tempat tinggal, sekolah, bahkan di lingkungan kerja. Baik orang dewasa maupun anak-anak sama-sama memiliki peluang mengalami bullying.
Ada beberapa faktor penyebab bullying ini. Baik dari sisi korban maupun pelaku.
Mengapa seseorang menjadi korban bullying
Mengapa seseorang menjadi korban bullying? Bisanya, karena memiliki kekurangan. Baik kekurangan secara fisik maupun psikis, sehingga dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya.
Korban bully biasanya juga tidak pandai berinteraksi dengan orang lain, sehingga memiliki sedikit teman.
Bisa juga karena merasa kurang percaya diri dan tidak bisa membela diri. Sehingga, akan dengan mudah dirundung oleh orang lain.
Mengapa seseorang menjadi pelaku bullying
Ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang menjadi pelaku bullying, diantaranya :
- Memiliki kontrol diri yang rendah dan tidak memiliki perasaan bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.
- Melakukan bullying sebagai bentuk balas dendam.
- Pernah menjadi korban kekerasan sebelumnya sehingga dirinya selalu merasa terancam.
- Selalu ingin mengontrol dan mendominasi.
- Sulit menghargai orang lain.
- Tinggal di keluarga yang sering bertengkar dan melakukan kekerasan.
- Bergaul dengan teman sebaya yang menjadi supporter atau penonton tindakan bullying.
- Lemahnya pengawasan di sekolah.
- Media massa yang sering menampilkan tindak kekerasan.
Kasus Bullying di Indonesia
Kasus bullying yang terjadi akhir-akhir ini sangat meresahkan. Apakah bullying ini sudah semakin marak di Indonesia?
Berdasarkan data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang dihimpun dari Republika, terdapat 16 kasus perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah pada periode Januari hingga Agustus 2023.Â
Baca Juga : Justitia Avila Veda, Berjuang Menghapus Kekerasan Berbasis Gender
Adapun kasus perundungan di lingkungan sekolah paling banyak terjadi di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan proporsi 25% dari total kasus.
Data FSGI juga menunjukkan, jumlah korban perundungan di satuan pendidikan selama paruh pertama 2023 adalah sebanyak 43 orang. Rinciannya, 41 orang korban berasal dari peserta didik dan dua orang lainnya adalah guru.
Sementara pelaku perundungan didominasi oleh peserta didik, yaitu sejumlah 87 orang pelaku. Diikuti oleh pendidik (5 orang), orang tua (1 orang), dan kepala madrasah (1 orang).
Miris. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak, justru menjadi tempat terjadinya bullying.
Memutus Rantai Bullying
Lantas, bagaimana agar bullying ini tak semakin marak? Apa yang bisa dilakukan untuk memutus rantai bullying ini?
Memutus rantai bullying membutuhkan kerjasama berbagai pihak. Tak hanya tugas sekolah saja, orang tua juga harus ambil bagian. Bahkan, anak juga harus terlibat.
Peran anak dalam memutus rantai bullying
Ajari anak agar mampu mendeteksi potensi terjadinya bullying sedini mungkin. Dorong mereka agar bisa melawan tindakan perundungan yang menimpanya.
Baca Juga : Ketika Anak Sedih
Berikut cara yang bisa dilakukan untuk mencegah anak menjadi korban bullying :
- Hindari kelompok yang suka merundung.
- Ajarkan anak untuk memilih kelompok bermain yang tepat.
- Kenalkan anak pada orang dewasa yang bisa membantu mereka saat mengalami perundungan. Misalnya, guru atau pendamping pada lokasi tertentu.
- Ajarkan anak untuk mengolah emosi dan stres saat mengalami perundungan. Anak bisa meluapkan emosinya dengan membuat doodle. Ya, membuat doodle memiliki manfaat yang signifikan bagi kesejahteraan psikologis. Mengutip Medical News Today, ada sebuah penelitian yang menemukan bahwa hanya 45 menit doodling dapat membantu mengurangi stres
- Minta anak untuk selalu terbuka dan bercerita mengenai segala bentuk perundungan yang terjadi.
Peran orang tua dalam memutus rantai bullying
Orang tua bisa melakukan beberapa pencegahan untuk menghindari anak dari perundungan, seperti:
- Perkuat pola asuh yang mengajarkan cinta kasih kepada sesama dan menanamkan nilai-nilai keagamaan.
- Bentuk lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman.
- Bangun rasa percaya diri anak.
- Pupuk rasa keberaniannya.
- Tanamkan ketegasan dalam dirinya.
- Ajarkan etika dan gugah rasa empatinya supaya anak bisa menghargai dan peduli terhadap sesama.
Baca Juga : 7 Tips Agar Anak Bermain Di Luar Tetap Aman Yang Perlu Diketahui Orang Tua
- Jangan ragu untuk memberikan teguran saat ia melakukan kesalahan.
- Selalu dampingi anak dalam menyerap informasi dari televisi, internet dan media elektronik lainnya.
- Memberikan informasi seputar bullying. Orang tua bisa menggunakan ilustrasi agar anak lebih memahami apa itu bullying.
Peran sekolah dalam memutus rantai bullying
Berikut beberapa langkah preventif bullying yang bisa dilakukan sekolah:
- Membuat sistem pencegahan berupa pesan kepada murid bahwa sekolah tidak menerima perilaku bully di sekolah dan membuat kebijakan “anti bullyingâ€.
- Bangun komunikasi efektif antara guru dan murid.
- Rutin membuka ruang diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah.
- Ciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.
- Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.
- Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah.
Penutup
Permasalahan bullying ini perlu diselesaikan dengan segera, agar tidak semakin banyak menelan korban.
Putuskan rantai bullying sekarang juga. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. Jadikan anak-anak tumbuh dengan baik.
Yuk, bersama-sama memutus rantai bullying sekarang juga!
One Response
Kalo dah liat berita bullying, aku juga miriiiis banget sebagai ortu. Anak2 udah aku wanti2 semua mba, kalo mereka harus kasih tau jika ada temannya yg membully. Jgn takut utk speak up. Dan pasti nya aku ajarin utk tidak melakukan itu ke temannya.
Memang semua itu tergantung dari pola asuhan di rumah juga lingkungan dia. Makanya kita juga hrs ajarin anak2 untuk lebih berempati thd orang lain.
Anak2 pelaku bully Rata2 memang dr keluarga yg kurang kasih sayang. Makanya mereka ga tau cara mengeluarkan emosi empatinya.